Penghuni Rumah Nomor 13

0 0
Read Time:4 Minute, 10 Second

Penghuni Rumah Nomor 13 – Hujan turun deras malam itu, membasahi jalanan desa kecil yang sudah lama terkenal dengan cerita mistisnya. Alya, seorang penulis cerita horor, baru saja pindah ke desa itu demi mencari inspirasi baru. Ia menyewa sebuah rumah tua di ujung jalan, tepat di bawah pohon beringin besar yang tampak angker.

Rumah itu diberi nomor 13, sebuah angka yang sering dikaitkan dengan kesialan. Warga sekitar memperingatkannya agar tidak menempati rumah itu, tetapi Alya menganggap itu hanya takhayul. Ia percaya semua cerita mistis hanyalah bahan inspirasi untuk tulisannya.

“Jika aku ingin menulis kisah horor yang autentik, aku harus mengalaminya sendiri,” pikir Alya sambil membawa koper ke dalam rumah.


1. Malam Pertama yang Sunyi

Saat pertama kali masuk, rumah itu terasa lembap dan dingin. Dindingnya dipenuhi cat yang mengelupas, sementara bau anyir samar tercium di udara. Alya mencoba menenangkan diri dengan berkata, “Hanya rumah tua biasa, tak ada yang perlu ditakuti.”

Namun, saat tengah malam, ia mendengar suara langkah kaki di lantai atas. Padahal, ia tinggal sendirian. Alya memberanikan diri naik ke atas dengan membawa senter, tapi tidak menemukan siapa pun.

Di salah satu kamar, ia melihat lemari tua yang setengah terbuka. Ketika mendekat, ia merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. Begitu membuka pintunya, hanya ada baju usang yang tampak seperti milik seseorang yang telah lama meninggal. Ia buru-buru menutupnya dan kembali ke kamar.


2. Tanda-Tanda Keanehan

Hari-hari berikutnya, keanehan mulai terjadi. Perabot rumah berpindah tempat sendiri, pintu sering terbuka dan tertutup tanpa angin, serta bayangan hitam yang terlihat sekilas di sudut mata.

Suatu malam, Alya mendengar suara perempuan menangis. Suaranya lirih dan penuh rasa sakit. Ia mengikuti suara itu hingga ke kamar yang ada lemari tua. Anehnya, ketika ia membuka pintu kamar, tangis itu berhenti seketika, menyisakan keheningan yang menakutkan.

Di lantai kamar, Alya melihat genangan air merah seperti darah yang merembes dari bawah lemari. Saat ia mencoba membersihkannya, air itu hilang begitu saja, seolah tak pernah ada.

“Apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini?” batinnya mulai dipenuhi rasa takut.


3. Rahasia di Balik Lemari

Penasaran, Alya bertanya kepada tetangga terdekat. Seorang wanita tua bernama Bu Ratna akhirnya bercerita tentang masa lalu rumah itu.

“Rumah nomor 13 dulunya milik keluarga kaya,” ujar Bu Ratna dengan suara bergetar.
“Namun suatu malam, sang istri dibunuh secara brutal oleh suaminya. Tubuhnya tidak pernah ditemukan. Banyak yang percaya jasadnya disembunyikan di dalam rumah itu. Setelah tragedi itu, suaminya menghilang tanpa jejak.”

Alya terdiam. Kata-kata Bu Ratna membuat pikirannya kembali ke suara tangisan yang ia dengar. Ia yakin bahwa lemari tua itu menyimpan rahasia mengerikan.


4. Malam Penuh Teror

Pada malam ketujuh, hujan turun lebih deras dari biasanya. Petir menyambar, membuat rumah itu bergetar. Alya duduk di ruang tamu sambil menulis, mencoba mengabaikan perasaan takut yang menghantuinya.

Tiba-tiba, lampu padam. Rumah menjadi gelap gulita, hanya diterangi kilatan petir dari luar jendela. Dari arah atas, terdengar suara langkah kaki yang berat, semakin lama semakin mendekat.

Tok… tok… tok…

Suara itu berhenti tepat di depan pintu kamarnya. Alya menahan napas, jantungnya berdegup kencang. Perlahan, pintu berderit terbuka. Di balik kegelapan, tampak silhouette seorang wanita dengan rambut panjang basah kuyup dan pakaian compang-camping.

Wanita itu bergerak maju sambil mengeluarkan suara tangisan serak. Saat kilat menyambar, wajahnya terlihat jelas: pucat, matanya kosong, dan mulutnya sobek lebar hingga ke telinga. Alya berteriak ketakutan dan berlari ke lantai atas, menuju kamar dengan lemari tua.


5. Penemuan Mengerikan

Dengan gemetar, Alya membuka lemari tersebut, berharap menemukan tempat bersembunyi. Namun yang ia temukan adalah rongga rahasia di balik papan kayu. Di dalamnya, terdapat tulang belulang yang sudah menghitam, sisa kain putih yang lusuh, dan liontin perhiasan yang masih berkilau.

Seketika, suara tangisan di belakangnya berubah menjadi jeritan kemarahan. Alya berbalik dan melihat sosok wanita itu kini berdiri hanya beberapa langkah darinya.

“Kau telah menemukan tempatku… sekarang kau akan menggantikannya!” teriak hantu itu dengan suara menggelegar.

Wanita itu menerjang Alya. Dalam kepanikan, Alya mengambil liontin dan melemparkannya ke lantai. Aneh, sosok tersebut berhenti sejenak, lalu lenyap disertai angin dingin yang menusuk.


6. Akhir yang Menakutkan

Keesokan paginya, Alya ditemukan oleh Bu Ratna dalam keadaan pingsan di kamar itu. Ia segera dibawa ke luar rumah dan ditenangkan. Setelah sadar, Alya menceritakan semua yang terjadi, termasuk penemuan tulang belulang di balik lemari.

Polisi dipanggil untuk menyelidiki. Namun saat mereka memeriksa lemari, tidak ada apa-apa di dalamnya. Tidak ada tulang, tidak ada rongga, bahkan liontin itu juga menghilang.

Alya kebingungan. Apakah semua yang ia alami nyata atau hanya halusinasi?

Saat ia meninggalkan rumah nomor 13, ia menoleh untuk terakhir kalinya. Di jendela lantai atas, tampak bayangan wanita itu berdiri sambil tersenyum menyeramkan. Dalam genggamannya, terlihat jelas liontin yang semalam Alya temukan.

Seolah berkata, “Aku akan selalu di sini… menunggumu kembali.”


Pesan Moral

Cerita ini mengingatkan kita bahwa tidak semua tempat kosong benar-benar kosong. Beberapa rumah mungkin menyimpan jejak masa lalu yang gelap, dan ada roh yang belum menemukan kedamaian.

Jika Anda melewati rumah tua yang ditinggalkan, jangan pernah masuk tanpa izin… karena Anda tidak pernah tahu siapa yang masih menghuni di dalamnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %