0 0
Read Time:3 Minute, 6 Second

Lorong Tanpa Akhir – Malam itu, Arga pulang larut dari kantornya. Hujan deras mengguyur kota, membuat jalanan gelap dan licin. Ia memilih jalur pintas melalui gang sempit yang jarang dilalui orang. Biasanya, gang itu terasa aman, hanya dipenuhi bau lembap dan suara tetesan air dari pipa tua. Namun malam ini, ada sesuatu yang berbeda.

Udara terasa lebih dingin dari biasanya, seperti ada sesuatu yang mengintai di balik kegelapan. Arga memeluk jaketnya, mempercepat langkah, dan berkata dalam hati, “Cepat saja lewat. Nanti sampai rumah bisa langsung mandi dan tidur.”

Di tengah perjalanan, ia melihat seorang wanita berdiri membelakanginya. Wanita itu mengenakan gaun putih lusuh yang basah kuyup. Rambutnya panjang dan terurai, menutupi sebagian wajahnya. Arga tertegun, merasa ragu untuk mendekat.

“Permisi… Anda baik-baik saja?” tanya Arga dengan suara bergetar.

Wanita itu tidak menjawab. Ia hanya mengangkat tangannya perlahan, lalu menunjuk ke arah lorong gelap di sebelah kanan. Hujan semakin deras, membuat Arga tak punya pilihan selain mengikuti arah yang ditunjuk, berharap itu jalan keluar. Tapi begitu ia menoleh ke belakang, wanita itu menghilang tanpa jejak.


Lorong yang Berubah

Arga berjalan cepat menyusuri lorong yang ditunjukkan wanita tadi. Anehnya, lorong itu terasa semakin panjang. Ia merasa sudah berjalan lebih dari sepuluh menit, tetapi tidak melihat ujung jalan sama sekali.

“Ini tidak mungkin… gang ini biasanya cuma 50 meter,” pikirnya panik.

Di dinding, lampu neon tua berkedip-kedip, memancarkan cahaya redup yang hanya membuat suasana semakin mencekam. Bau busuk seperti bangkai tiba-tiba menyengat. Saat menoleh, Arga melihat coretan merah di dinding: “JANGAN TOLAK BISIKANNYA.”

Jantung Arga berdegup kencang. Ia mulai berlari, tapi suara bisikan terdengar di telinganya, sangat dekat, seolah ada seseorang di belakangnya.

“Jangan lari… tetaplah di sini bersama kami…”

Arga terhuyung, menutup telinga, namun bisikan itu justru semakin keras. Nafasnya memburu, dan ia merasa seolah ada tangan-tangan dingin yang menyentuh punggungnya.


Kengerian yang Mengintai

Di kejauhan, Arga melihat cahaya samar seperti pintu keluar. Dengan sekuat tenaga ia berlari ke arah cahaya itu. Namun setiap kali ia mendekat, cahaya tersebut seolah menjauh.

Tiba-tiba, ia tersandung sesuatu. Saat menoleh, ia melihat mayat-mayat yang sudah membusuk, menumpuk di sepanjang lorong. Mata mereka menatap kosong, seakan mengikuti gerakannya.

Arga hampir muntah, tetapi ia memaksa dirinya berdiri dan terus berlari. Lalu ia mendengar suara langkah kaki berat di belakangnya, seperti sesuatu yang besar sedang mengikutinya. Ia tidak berani menoleh, tetapi bau busuk semakin menusuk hidungnya.

“Kau sudah dipilih… Jangan melawan…”

Suara itu kini bukan bisikan, melainkan raungan yang menggema memenuhi lorong. Arga akhirnya memberanikan diri untuk menoleh, dan di sanalah ia melihatnya — makhluk tinggi, kurus, dengan wajah menyerupai tengkorak, matanya kosong, dan mulutnya terbuka lebar, mengeluarkan suara mengerikan.


Akhir yang Mengerikan

Arga menjerit dan berlari tanpa arah. Entah bagaimana, ia berhasil menembus lorong itu dan jatuh tersungkur di depan rumahnya sendiri. Saat ia menoleh ke belakang, gang itu sudah tidak ada. Yang tersisa hanyalah tembok besar yang tak bisa dilewati.

Dengan tubuh gemetar, Arga masuk ke dalam rumah. Ia mengunci pintu rapat-rapat, mencoba menenangkan diri. Namun saat ia berdiri di depan cermin, wajahnya pucat dan matanya merah. Perlahan, dari pantulan cermin, wanita bergaun putih muncul di belakangnya sambil tersenyum menyeramkan.

“Kau akhirnya kembali… sekarang kau bagian dari kami.”

Lampu rumah Arga padam seketika. Dari luar, hanya terdengar suara ketukan pelan di pintu dan bisikan lembut:

“Tetaplah di sini selamanya…”

Keesokan harinya, tetangga menemukan pintu rumah Arga terbuka. Rumah itu kosong, seolah tak pernah ditinggali. Tidak ada tanda-tanda Arga, kecuali sebuah coretan merah di cermin yang bertuliskan:

“Lorong itu tak pernah berakhir.”


Pesan Terakhir

Cerita ini menjadi pengingat bahwa terkadang, jalan pintas tidak selalu aman. Ada tempat-tempat yang sebaiknya tidak dijelajahi, terutama saat malam dan hujan deras. Karena mungkin, sekali kau memasukinya, kau tidak akan pernah kembali seperti semula.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %