0 0
Read Time:2 Minute, 29 Second

Bayangan di Jendela – 1. Malam yang Sepi Malam itu, hujan turun deras. Angin berdesir kencang membuat pohon-pohon di halaman rumah Arga bergoyang liar. Rumah tua yang ia tinggali sendirian terasa semakin dingin dan sunyi.

Arga baru saja pindah ke rumah warisan dari kakeknya. Kata orang-orang di kampung, rumah itu sudah lama kosong sejak kakeknya meninggal. Tidak banyak yang berani mendekat, karena ada cerita lama tentang penampakan di jendela kamar atas.

Namun Arga tidak percaya hal seperti itu. Baginya, itu hanya cerita untuk menakut-nakuti anak-anak. Sambil menyeruput kopi, ia duduk di ruang tamu sambil membaca buku, mencoba mengabaikan suara hujan yang semakin deras.


2. Ketukan di Jendela

Sekitar pukul 11 malam, Arga mulai mengantuk. Ia memutuskan untuk naik ke kamar di lantai dua. Saat hendak mematikan lampu ruang tamu, ia mendengar suara ketukan pelan dari arah jendela.

Tok… Tok… Tok…

Arga membeku.
Ia menoleh pelan ke arah jendela, tapi tidak melihat apa-apa selain hujan yang mengguyur kaca.

“Ah, mungkin hanya ranting yang tertiup angin,” pikirnya mencoba menenangkan diri. Ia pun naik ke atas dan mencoba tidur.

Namun suara itu terdengar lagi.
Tok… Tok… Tok…
Kali ini lebih keras, seakan seseorang benar-benar mengetuk dari luar.

Arga berdiri dan mendekati jendela kamarnya. Dengan hati-hati, ia menggeser tirai.

Tidak ada siapa-siapa.
Hanya gelap, hujan, dan pekarangan kosong.


3. Bayangan yang Mengintai

Saat hendak kembali ke tempat tidur, Arga tanpa sengaja melihat pantulan di kaca.
Ada bayangan hitam berdiri di belakangnya!

Ia berbalik cepat, tapi tidak ada siapa pun di kamar itu. Nafasnya mulai memburu. “Aku lelah, mungkin hanya halusinasi,” gumamnya. Ia memutuskan untuk tetap tidur, berharap pagi segera datang.

Namun, saat ia memejamkan mata, ketukan itu kembali terdengar.
Tok… Tok… Tok…
Diiringi suara lirih seperti bisikan seseorang memanggil namanya.

“Arrrgaaa…”

Arga terlonjak dan langsung menyalakan lampu. Jantungnya berdegup kencang. Kali ini ia memberanikan diri membuka jendela untuk memastikan.
Dan di sanalah ia melihatnya.

Sosok pucat dengan mata kosong berdiri di tengah hujan, tersenyum lebar, sambil melambai ke arahnya.


4. Kengerian yang Tak Terduga

Arga panik dan langsung menutup jendela rapat-rapat. Ia berlari keluar kamar, turun ke lantai satu, dan berniat kabur dari rumah itu. Tapi saat ia meraih gagang pintu depan, pintu itu terkunci dari luar.

Lalu ia mendengar suara langkah kaki di lantai atas, perlahan tapi pasti, menuju tangga.

Creek… Creek… Creek…

Arga melihat ke arah tangga dengan tubuh gemetar. Bayangan hitam itu turun perlahan. Saat cahaya lampu menerangi sosoknya, Arga terpaku ketakutan.

Itu adalah kakeknya…
Tapi wajahnya rusak, matanya kosong, dan mulutnya bergerak mengeluarkan suara mengerikan.

“Kau akhirnya pulang, Arga… Rumah ini tidak pernah kosong. Aku selalu menunggumu.”

Sebelum Arga sempat berteriak, lampu rumah padam.
Gelap.
Sunyi.

Dan yang terdengar hanya ketukan di jendela, semakin keras… semakin keras… hingga berhenti mendadak.


5. Esok Paginya

Keesokan paginya, tetangga melihat rumah Arga terbuka lebar.
Namun Arga hilang tanpa jejak.

Di kamar atas, hanya tersisa jendela yang terbuka, dengan bekas tangan basah menempel di kacanya… seolah seseorang berdiri di sana semalaman.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %