Bayangan di Kamar Tamu

0 0
Read Time:2 Minute, 4 Second

Bayangan di Kamar Tamu – Sore itu, Andi baru saja pindah ke rumah kontrakan barunya di pinggiran kota. Rumahnya tampak tua tapi murah, dengan halaman kecil dan cat tembok yang mulai pudar. Pemilik rumah hanya berpesan satu hal sebelum menyerahkan kunci.

“Kalau malam, jangan buka kamar tamu di ujung lorong. Biarkan tetap terkunci.”

Andi menanggapinya dengan tawa kecil. Ia tidak percaya hal-hal mistis, apalagi larangan seperti itu. Namun malam pertama di rumah itu terasa aneh. Angin berhembus dingin, dan suara langkah kaki samar terdengar dari arah kamar yang dilarang itu.

Suara dari Balik Pintu

Sekitar tengah malam, saat Andi menonton televisi di ruang tamu, ia mendengar ketukan pelan dari dalam kamar tamu. Satu ketukan… lalu dua… lalu tiga. Ia menghentikan napas. Pintu itu tertutup rapat, dan tidak mungkin ada orang di dalam.

Rasa penasaran mengalahkan rasa takut. Ia mendekat perlahan, menempelkan telinga ke pintu. Suara napas berat terdengar dari baliknya, disusul bisikan lirih,

“Sudah lama… tak ada yang datang ke sini.”

Andi mundur ketakutan, lalu segera kembali ke kamarnya dan mengunci pintu. Tapi sepanjang malam, suara ketukan itu terus terdengar — lebih keras, lebih cepat, seolah seseorang sedang memaksa keluar.

Misteri Kamar Terkunci

Keesokan paginya, Andi bertanya pada tetangga sebelah rumah. Seorang wanita tua menatapnya dengan pandangan khawatir.

“Kamar itu dulu tempat tinggal anak pemilik rumah yang meninggal bunuh diri. Katanya, arwahnya masih terjebak di sana karena pintu itu tak pernah dibuka sejak malam kejadian.”

Andi bergidik. Ia berniat mengabaikan cerita itu, tapi malam berikutnya, gangguannya semakin parah. Televisi menyala sendiri, lampu berkedip, dan suara tangisan terdengar dari lorong.

Malam Ketiga

Pada malam ketiga, rasa takut berubah jadi keberanian. Andi mengambil kunci cadangan dan mendekati kamar itu. Udara di sekitar lorong terasa lebih dingin, seperti ada kabut tipis menyelimuti. Tangannya bergetar saat memutar gagang pintu.

Begitu pintu terbuka, aroma busuk langsung menyeruak. Kamar itu gelap, hanya diterangi cahaya bulan yang masuk dari jendela. Di tengah ruangan berdiri sosok perempuan berambut panjang, mengenakan gaun putih kotor, wajahnya tertunduk.

Andi terpaku. Sosok itu perlahan menoleh, dan wajahnya memperlihatkan senyum lebar yang tidak manusiawi. Matanya kosong, tapi darah menetes dari sudut bibirnya.

“Akhirnya… kau membukakan pintunya…”

Pintu di belakang Andi menutup keras. Ia menjerit, namun suaranya tertelan kegelapan.

Setelah Malam Itu

Keesokan harinya, tetangga menemukan rumah Andi terbuka. Semua barang masih rapi, tapi kunci kamar tamu hilang. Di dinding dekat pintu, tertulis dengan darah:

“Jangan buka lagi.”

Sejak saat itu, siapa pun yang menempati rumah itu selalu mendengar ketukan dari kamar ujung — tiga kali, setiap tengah malam.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %