Bisikan di Balik Cermin – Malam itu hujan turun tanpa henti. Rina baru saja pindah ke rumah kontrakan kecil di pinggiran kota. Awalnya, rumah itu tampak biasa saja di siang hari. Namun, ketika malam tiba, suasananya berubah drastis—sunyi, lembab, dan dingin. Di kamar tidurnya, terdapat sebuah cermin besar yang menempel di dinding, peninggalan pemilik lama.
Bisikan Pertama
Pada mulanya, Rina tidak memperdulikannya. Akan tetapi, di malam pertama, ia terbangun sekitar pukul dua dini hari karena mendengar suara bisikan lembut dari arah cermin. “Rina…” panggil suara itu pelan, menyerupai bisikan perempuan tua. Rina mematikan musik dari ponselnya, berpikir mungkin hanya angin. Namun, saat menatap cermin, ia melihat sesuatu aneh—bayangannya tersenyum, padahal wajahnya sendiri tidak.
Karena takut, ia segera menutup cermin dengan kain tebal. Keesokan paginya, kain itu sudah terlepas begitu saja. Ia mencoba memindahkan cermin ke gudang, tetapi anehnya, benda itu terasa sangat berat, seolah menolak untuk dipindahkan.
Kengerian yang Kembali
Malam berikutnya, suara itu kembali, kali ini lebih jelas. “Buka aku…” katanya. Dengan hati berdebar, Rina mendekat. Saat ia menatap cermin, bayangan di dalamnya bergerak lebih dulu, menatap balik dengan mata hitam pekat. Tiba-tiba, bayangan itu mengangkat tangannya dan menempelkan telapak ke permukaan kaca. Seketika, dari sisi luar muncul bekas tangan basah, dingin, dan berbau tanah.
Ketakutan, Rina menjerit dan berlari keluar kamar. Namun, sebelum ia mencapai pintu, semua lampu padam bersamaan. Sunyi menyelimuti rumah, lalu dari arah cermin terdengar ketukan—pelan tapi berirama. Setelah itu, tawa kecil bergema, nyaring dan menusuk telinga.
Akhir yang Membekas
Keesokan harinya, para tetangga menemukan pintu rumah Rina terbuka lebar. Di dalam, hanya tersisa cermin besar yang kini retak di bagian tengah. Di balik retakan itu, samar-samar terlihat bayangan seorang perempuan tersenyum dengan mata hitam kosong.
Sejak saat itu, setiap penghuni baru selalu mendengar bisikan yang memanggil nama mereka dari arah cermin. Dan setiap kali hujan turun di tengah malam, bayangan itu muncul kembali—menunggu seseorang untuk menatapnya terlalu lama.