Suara dari Sumur Tua – Di pinggiran sebuah desa kecil yang jarang dilalui orang, terdapat sebuah sumur tua yang sudah ditinggalkan puluhan tahun. Konon, sumur itu pernah menjadi sumber kehidupan utama desa. Namun, setelah serangkaian kematian misterius, sumur tersebut ditutup dengan papan kayu dan ditinggalkan. Tidak ada yang berani mendekat, terutama setelah matahari terbenam.
Warga percaya bahwa di dalam sumur itu, arwah seorang wanita yang mati secara tragis masih berkeliaran, menunggu seseorang yang cukup bodoh untuk memanggilnya.
Hari ini, tanggal 27 September, bertepatan dengan hari di mana legenda itu konon dimulai bertahun-tahun lalu. Desa itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Bahkan angin pun seakan enggan berhembus.
Bagian 1: Penasaran yang Membunuh
Arif, seorang mahasiswa yang sedang melakukan penelitian tentang legenda urban, datang ke desa tersebut. Ia mendengar cerita tentang sumur tua dan menganggapnya hanya mitos untuk menakut-nakuti anak-anak.
Malam itu, ia memutuskan untuk merekam suara di sekitar sumur dengan alat perekam modernnya. Penduduk desa memperingatkannya, terutama seorang nenek tua bernama Mak Rami, yang berkata dengan suara bergetar:
“Nak… jangan pernah bicara di dekat sumur itu setelah tengah malam. Kalau kau dengar suara yang memanggil namamu… jangan jawab. Apa pun yang terjadi, jangan jawab.”
Arif hanya tersenyum tipis. Ia tidak percaya takhayul. Baginya, ini kesempatan untuk mendapatkan data unik untuk penelitiannya.
Bagian 2: Malam yang Sunyi
Tepat pukul 11:45 malam, Arif sudah berada di dekat sumur itu. Bulan tertutup awan, membuat sekitarnya gelap gulita. Hanya senter di tangannya yang memberi sedikit cahaya.
Suasana begitu hening, hingga ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Ia meletakkan alat perekam di tepi sumur dan duduk di dekatnya, menunggu sesuatu terjadi.
Sepuluh menit pertama berlalu tanpa kejadian aneh. Namun, tepat pukul 12:00 tengah malam, udara tiba-tiba menjadi sangat dingin. Nafas Arif terlihat seperti kabut di udara. Dari dalam sumur, terdengar suara gemericik air padahal sumur itu sudah kering sejak lama.
Kemudian, terdengar suara lirih seperti bisikan.
“A… rif…”
Arif menegang. Ia yakin itu hanya ilusi pendengarannya. Namun suara itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas.
“Arif… turunkan ember… aku haus…”
Arif teringat pesan Mak Rami untuk tidak menjawab. Ia mencoba mengabaikannya, namun jantungnya berdegup semakin kencang. Tiba-tiba, sesuatu bergerak di dalam sumur, mengeluarkan bunyi cipratan air yang keras.
Lalu suara itu berubah menjadi jeritan memilukan yang menggema di seluruh desa.
“AAAARIIIIF!!!”
Bagian 3: Terjebak di Antara Dunia
Ketakutan, Arif berlari meninggalkan tempat itu. Namun, saat ia kembali ke jalan desa, ia menyadari sesuatu yang aneh: semua rumah tampak kosong, pintu dan jendela terbuka lebar, tetapi tidak ada seorang pun di dalamnya.
Udara semakin dingin, dan langit tampak lebih gelap dari sebelumnya. Di kejauhan, ia melihat Mak Rami berdiri di tengah jalan, memandangnya dengan mata kosong.
“Kau menjawabnya, ya?” tanya Mak Rami dengan suara yang bukan suaranya.
Arif panik dan berlari menuju rumah tempat ia menginap. Namun, setiap jalan yang ia ambil selalu membawanya kembali ke sumur tua. Desa itu seperti berubah menjadi labirin tak berujung.
Saat ia kembali ke tepi sumur, papan penutupnya sudah terbuka. Dari dalam, muncul tangan pucat dan kurus yang berlumuran lumpur, mencoba meraih kakinya. Bau busuk menyengat membuat Arif hampir muntah.
Suara lirih itu terdengar lagi, kali ini dari belakangnya:
“Arif… jangan pergi… aku haus darahmu…”
Ketika ia menoleh, ia melihat sosok wanita berambut panjang basah kuyup, matanya hitam pekat, dan mulutnya sobek hingga ke telinga. Sosok itu melompat ke arahnya.
Bagian 4: Rekaman yang Menyimpan Kengerian
Keesokan paginya, warga desa menemukan alat perekam Arif di tepi sumur. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Arif.
Salah satu warga memberanikan diri memutar rekaman itu. Awalnya hanya terdengar suara angin dan langkah kaki. Namun, menjelang akhir, terdengar suara Arif yang berbisik panik:
“Siapa di sana…?!”
Lalu, terdengar suara wanita yang mengerikan, diikuti jeritan Arif yang panjang dan menusuk telinga.
Rekaman berakhir dengan suara gemericik air yang pelan… dan sebuah bisikan yang terdengar sangat dekat, seperti berada tepat di belakang pendengar:
“Haus… darahmu…”
Sejak hari itu, tidak ada yang berani mendekati sumur tua tersebut. Namun, beberapa warga mengaku bahwa setiap tanggal 27 September, mereka mendengar bisikan dari sumur itu, memanggil nama seseorang di desa.
Dan siapa pun yang namanya dipanggil, tidak pernah terlihat lagi keesokan harinya.
Penutup
Cerita ini masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Sumur itu tetap berdiri, diam dan gelap, seolah menunggu korban berikutnya.
Jika suatu hari kau berada di desa itu dan mendengar bisikan dari dalam sumur, ingatlah pesan Mak Rami:
Jangan pernah menjawab.
Karena begitu kau menjawab, kau tak akan pernah kembali.