Malam di Rumah Tua – Awal yang Mencekam
Hujan turun deras malam itu, disertai angin kencang yang membuat dedaunan berjatuhan. Sementara itu, Raka, seorang pemuda yang baru pindah ke desa pinggiran kota, memutuskan untuk berteduh di sebuah rumah tua yang sudah lama terbengkalai.
Menurut warga sekitar, rumah tersebut dikenal angker, sehingga jarang ada yang berani mendekat setelah matahari terbenam. Karena hujan tak kunjung reda, Raka pun memberanikan diri masuk ke dalam rumah itu.
Dengan tubuh basah kuyup, ia mendorong pintu kayu yang berderit pelan. Bau apek langsung menyergap hidungnya. Di dalam, ruangan tampak gelap dan penuh debu, namun sesekali diterangi kilatan petir yang menyambar di luar. Ia mengusap tangannya, mencoba mengusir dingin yang merayap hingga ke tulang.
Langkah Misterius di Lantai Atas
Saat sedang mencari tempat duduk, Raka tiba-tiba mendengar suara langkah kaki pelan di lantai atas.
“Mungkin tikus,” pikirnya, mencoba menenangkan diri. Namun, suara itu semakin jelas, seolah seseorang sedang berjalan perlahan… menuju tangga.
Degup jantung Raka semakin kencang. Ia melirik ke arah tangga tua di sudut ruangan. Tiba-tiba, petir menyambar lagi, dan dalam sekejap cahaya, ia melihat siluet seorang wanita berdiri di anak tangga paling atas, rambut panjangnya menutupi wajah.
Dalam kegelapan, terdengar suara lirih dan serak, seperti bisikan, “Kenapa… kamu masuk ke rumahku?”
Terjebak Tanpa Jalan Keluar
Karena panik, Raka mundur perlahan, tetapi tiba-tiba pintu di belakangnya tertutup keras, BAM! Suara itu menggema, membuat bulu kuduknya berdiri. Wanita itu kini turun setapak demi setapak, tanpa suara, sementara setiap langkahnya membuat lantai berderit.
Raka ingin berteriak, tetapi suaranya tercekat. Ia meraba saku celana, mencari ponsel untuk penerangan, sayangnya, ponselnya mati total. Ketika wanita itu sampai di lantai bawah, petir menyambar sekali lagi, memperlihatkan wajah pucatnya yang penuh luka.
Dengan suara mengerikan, ia berbisik, “Kau… tidak seharusnya di sini.”
Pelarian dan Misteri yang Tersisa
Akhirnya, dalam ketakutan yang memuncak, Raka berlari ke arah jendela dan memecahkannya untuk kabur. Saat ia berbalik, rumah itu sudah kembali sepi dan gelap, seolah tak ada siapa pun di sana.
Keesokan paginya, warga desa menemukan jejak kaki basah di depan rumah tua itu… hanya ada satu pasang. Anehnya, jejak tersebut mengarah masuk, bukan keluar.