Suara di Loteng – Malam itu, hujan turun deras di sebuah desa kecil. Rina, seorang mahasiswa yang baru kembali ke rumah lamanya setelah bertahun-tahun merantau, duduk di ruang tamu sambil menyeruput teh hangat. Rumah tua itu sudah lama kosong sejak orang tuanya pindah ke kota. Malam terasa sunyi, hanya suara hujan yang memukul genting tua di atas kepalanya.
Saat jarum jam menunjuk pukul 11 malam, Rina mendengar bunyi berderak dari atas rumah, tepat di area loteng. Awalnya ia mengira itu hanya suara kayu yang memuai karena udara dingin. Namun, beberapa menit kemudian terdengar suara langkah pelan, seakan seseorang berjalan mondar-mandir di atas sana.
“Siapa di sana?” serunya, mencoba memberanikan diri.
Tak ada jawaban, hanya bunyi gesekan seperti sesuatu sedang diseret di lantai.
Dengan jantung berdegup kencang, Rina mengambil senter dan memutuskan memeriksa loteng. Saat membuka pintu kayu tua yang jarang dipakai, hawa dingin langsung menyergap tubuhnya. Tangga kayu berderit setiap kali ia melangkah naik. Bau lembap bercampur amis membuat perutnya terasa mual.
Cahaya senter menyapu ruangan yang dipenuhi debu dan sarang laba-laba. Tak ada yang aneh, hingga ia melihat noda merah tua di sudut lantai, tepat di bawah tumpukan kain lusuh. Saat ia mendekat, kain itu tiba-tiba bergerak sendiri!
Rina mundur ketakutan. Dari balik kain, muncul tangan pucat dengan kuku panjang dan kotor. Sebuah wajah muncul perlahan, matanya kosong menatapnya tanpa berkedip. Wajah itu tersenyum aneh, kemudian terdengar suara lirih berbisik di telinganya.
“Kau akhirnya pulang… aku sudah lama menunggu.”
Lampu senter tiba-tiba padam, meninggalkan Rina dalam kegelapan total. Suara langkah semakin banyak terdengar di sekelilingnya. Ia mencoba berteriak, tapi yang keluar hanya napas tersengal.
Keesokan paginya, rumah itu ditemukan kosong, dengan pintu loteng terbuka dan senter tergeletak di lantai… basah oleh cairan merah yang belum diketahui asalnya.